ACEHSATU.COM | BISNIS – PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) sudah dan akan terus melakukan pengurangan emisi gas metana pada setiap aktivitas produksi minyak dan gas bumi (migas). Pemangkasan emisi tersebut sejalan dengani target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 yang dicanangkan pemerintah.
Seperti kita ketahui, pengurangan emisi gas metana merupakan komitmen global yang dituangkan dalam konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa/Conference of the Parties (COP).
Pada COP 26 di Glasgow, lebih dari 100 negara berkomitmen untuk memangkas emisi gas metana yang berasal dari sektor energi, agrikultur, aktivitas manusia, dan sumber lainnya hingga 30% pada 2030.
Indonesia sebagai negara yang tergabung dalam Global Methane Pledge (GMP) yang juga ikut berkomitmen meningkatkan metodologi inventarisasi untuk mengukur emisi metana yang salah satunya bersumber dari sektor energi.Perusahaan energi swasta nasional terbesar di Indonesia, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) bergerak cepat memantapkan inisiatifnya memangkas emisi gas metana.Firman Dharmawan Senior Manager Corporate Sustainibility & Risk Management PT Medco Energi Internasional Tbk mengungkapkan upaya menurunkan emisi gas metana sangat penting karena produksi emisi ini sangat besar.
“Sumber gas metana banyak ya, biasanya di sistem-sistem minyak dan gas misalnya dari proses eksplorasi. Ada juga kemungkinan emisi gas metana dihasilkan dari semua fasilitas,” jelasnya saat jumpa media pada acara Indonesian Petroleum Association (IPA), The 46th IPA Convention and Exhibition dengan tema Addressing the Dual Challenge: Meeting Indonesia’s Energy Needs While Mitigating Risks of Climate Change, Rabu (21/9).
Firman menegaskan usaha menurunkan emisi gas metana harus dilakukan saat ini sehingga perusahaan tidak bisa lagi menunggu. Berangkat dari kesepakatan dunia itu maka langkah awal yang dilakukan Medco Energi adalah melakukan pengukuran melalui sistem yang akan memonitor pengeluaran emisi gas metana di setiap aktivitas bisnis.“Mula-mula kami harus bisa mengukur dahulu dengan baik, lalu memonitor.
Kalau tidak tahu angka pastinya akan sulit untuk menurunkannya (emisi gas metana),” terangnya.Kemudian menurutnya, sembari proses tadi berjalan, Medco Energi juga melakukan perbaikan serta menghitung proyeksi berapa sekiranya target penurunan emisi gas metana yang bisa dicapai oleh perusahaan.Kata Firman, perusahaan sejatinya sudah cukup lama melaksanakan inisiatif untuk mengurangi emisi gas metana. Hal ini sudah dilakukan sejak 2011, yakni Medco memulai program Gas Kota Tarakan menggunakan associated gas untuk memasok gas dan listrik ke rumah tangga setempat.Firman menjelaskan gas suar (flare) yang diproduksi dari aktivitas migas diturunkan tekanannya lalu didistribusikan ke rumah tangga yang diakses ke sistem pemerintah untuk gas kota.
Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, melalui program ini Medco Energi dapat mencapai target pengurangan gas suar (flaring) sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat dalam bentuk energi yang aman dan terjangkau.Hingga 2021 program ini sudah mampu memasok listrik dan gas ke 31.390 rumah tangga atau lebih dari 90% rumah tangga di Pulau Tarakan. Ke depannya, Firman menegaskan, pihaknya akan terus mengembangkan program ini.
Tidak hanya itu, Medco Energi juga mendorong pengurangan intensitas emisi di aset-aset migasnya. Misalnya saja, di South Natuna Sea Block B yang berlokasi di Tarakan, Blok A Aceh, Medco terus mengoptimalisasikan dan mendigitalisasi kompresor, kontrol turbin, dan konsidi operasi guna mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan efisiensi.Strategi ini mulai dijalankan sejak MEDC mengakuisisi aset ini pada 2016.
Terbukti selama 2018 hingga 2021 gas rumah kaca (GRK) di South Natuna Sea Block B terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Jika diakumulasikan selama 4 tahun, GRK pada South Natuna Sea Block B dapat dikikis hingga 28%.Tidak hanya itu, Medco Energi juga telah menerapkan inisiatif di fasilitas liquefied petroleum gas (LPG) di Banyuasin, Sumatera Selatan, untuk mengolah associated gas dari ladang produksi minyak Kaji menjadi kondensat,
lean gas, dan LPG.Meski Medco tidak lagi mengoperasikan fasilitas tersebut, manajemen tetap mempertimbangkan seiring dengan strategi perubahan iklim.Melansir Laporan Berkelanjutan Medco Energi 2021, manajemen MEDC mencatatkan peningkatan 5% dalam intensitas emisi GRK Cakupan 1 dari operasi minyak dan gas serta peningkatan 10% dalam emisi GRK Cakupan 1 dari operasi ketenagalistrikan di sepanjang tahun lalu.Peningkatan intensitas emisi dalam operasi migas disebabkan oleh variasi dalam operasi dan kegiatan lain yang bersifat sementara, seperti intervensi sumur.Sedangkan pada
bisnis ketenagalistrikan, emisi memang meningkat tetapi intensitas emisi tetap stabil seiring dengan peningkatan kebutuhan listrik karena dibukanya pembatasan mobilitas pandemi Covid-19.
Pada 2021 manajemen Medco Energi telah menetapkan target yang ambisius untuk pengurangan intensitas emisi dengan tujuan mencapai net zero emission untuk GRK cakupan 1 dan 2 pada 2050 dan cakupan 3 pada 2060.Demi mencapai target tersebut, Medco Energi menyusun tiga pilar strategi perubahan iklim yakni pengurangan intensitas emisi, transisi ke energi rendah karbon, dan mengelola risiko fisik perubahan iklim.
Proyek CCS Dikebut
Sementara itu, Medco Energi juga bakal menjalankan langkah strategis dengan menjalankan pilot project Carbon Capture and Storage (CCS) hulu migas pada tahun 2025.Kemudian juga, perusahaan menggenjot proyek energi terbarukan, hydrogen dan memperluas penangkapan natural karbon. Selanjutnya adalah berkolaborasi pada rantai pasok dan nilai untuk meningkatkan efisiensi serta mengungkap emisi cakupan 3 dan menetapkan target interim pada tahun 2025.Pada 2019 emisi gas rumah kaca mencapai 5,3 juta ton setara CO2, dan berhasil ditekan pada 2020 menjadi 4,6 juta ton setara CO2. Pada 2021 emisi gas rumah kaca berhasil diturunkan menjadi 4,4 juta ton setara CO2.MedcoEnergi berhasil mengurangi emisi metana yang pada 2019 mencapai 158 juta ton setara CO2 menjadi 136 juta ton setara CO2 pada 2020. Sedangkan pada 2021, emisi metana turun menjadi 131 juta ton setara CO2“Untuk menurunkan emisi metana kami fokus pada pengurangan flaring, venting dan emisi fugitive. Kemudian dengan menghilangkan routine flaring pada tahun 2030 atau lebih cepat,” tegas Fiman.Langkah strategis lainnya adalah peningkatan kapasitas terpasang pembangkit listrik yang ramah lingkungan dan berbasis EBT. Hingga tahun 2030 MedcoEnergi mematok target kapasitas EBT bisa mencapai 30% dari seluruh bisnis pembangkit listrik yang dimiliki MedcoEnergi. Sementara sisanya adalah merupakan pembangkit bertenaga gas.Saat ini Medco Power sedang membangun PLTS di Bali dengan kapasitas 2×25 Megawatt Peak (MWp) dan di Sumbawa dengan kapasitas 26 MWp. PLTS di Sumbawa terasa lebih spesial karena listrik yang dihasilkan akan dipasok untuk memenuhi kebutuhan operasional tambang PT Amman Mineral Nusa Tenggara.MedcoEnergi juga merupakan perusahaan pertama yang mengembangkan panas bumi. Hingga kini, perusahaan masih mengoperasikan PLTP Sarulla 330 MW. Medco juga memiliki pengembangan panas bumi di Blawan, Ijen. “Langkah ini kami lakukan untuk merespons perubahan iklim yang tidak bisa ditampik lagi,” ungkap dia.
Terapkan ESG
Sementara itu, PT Medco Energi Internasional Tbk juga terus berkomitmen menerapkan praktik dan standar global Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) terbaik, termasuk memanuhi standar Global Reporting Initiative serta Sustainable Development Goals (SDGs) .Menurut Firman, Medco Energi telah mencapai 90% dari metrik dan target keberlanjutan lima tahun yang ditetapkan dalam Penilaian Materialitas 2018 dengan fokus penguatan kebijakan, tata kelola, sistem, kemampuan, dan budaya keberlanjutan.Selama kurun waktu tahun 2019 sampai dengan tahun 2021, peringkat ESG PT Medco Energi Internasional Tbk dari lembaga Morgan Stanley Capital International (MSCI) meningkat dari B menjadi BB kemudian BBB dan skor Sustainalytics meningkat dari 49,9 menjadi 42,2.Pada 2022, Medco Energi terus memperbaiki kinerja dan pengungkapan ESG dengan melakukan pembaruan Penilaian Materialitas untuk menetapkan metrik dan target keberlanjutan 2022-2027.Selain itu juga, menerbitkan laporan Task Force on Climate-Related Financial Disclosure (TCFD) untuk pertama kalinya dan melaporkan kinerja emisi Perusahaan untuk tahun kedua di platform CDP (sebelumnya dikenal sebagai Carbon Disclosure Project).“Kami akan tetap fokus pada peningkatan ESG dengan target yang terukur dalam Strategi Perubahan Iklim dan Transisi Energi. Strategi ini dikembangkan melalui proses multi tahun untuk membangun pemahaman internal dan infrastruktur yang diperlukan dalam mengelola risiko Perubahan Iklim,” kata Firman.