Gejolak Partai Demokrat berbuntut pada pemecatan kader senior. Sejumlah kader yang dinilai “biang kerok” dinamika dilepas bahkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ikut turun gunung angkat suara menanggapi dinamika internal partai demokrat.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda menilai turbulensi Partai Demokrat bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki internal partai. Demokrat bisa mulai berbenah untuk mengakarkan ideologi partai.
“Ini kan soal persepsi publik, bertarung pada persepsi publik, siapa yang bisa memanfaatkan momentum dan situasi ini. Singkatnya, satu mas AHY harus terbiasa menghadapi dinamika internal,” kata Hanta dalam sesi dialog di Metro TV News.
Demokrat sebagai partai era reformasi terdongkrak karena SBY yang menjadi presiden selama dua periode. Demokrat perlahan tumbuh di bawah bayang-bayang kekuatan figur SBY.
“Kita tahu dinamika internal Partai Demokrat itu, yang saya istilahkan dua. Satu, partai gigantisme yang melalui prakarsaan yang sangat cepat besarnya. Karena ada faktor Pak SBY yang sangat kuat mendongkrak partainya ketika jadi presiden. Presidensialisasi partai dialami oleh Partai Demokrat yang sangat bergantung satu figur sosok bernama Pak SBY,” jelasnya.
Partai Demokrat, sebagai partai yang besar seharusnya memiliki kelembagaan yang kuat sehingga tidak terjadi kehilangan figur kuat ketika kepemimpinan berganti. Jika tidak, maka internal partai akan terjadi gejolak yang akhirnya terbentuk kelompok-kelompok yang berpotensi pada perpecahan internal.
“Nah ketika Pak SBY tidak lagi menjadi ketua umum itu berdampak salah satunya terjadi faksionalisme yang menajam,” pungkasnya.