https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Munzirurrahman Alatami (foto : instagram @munziurrahman)

ACEHSATU.COM | ACEH TAMIANG – Ekonomi pas pasan bukan menjadi alasan untuk berhenti belajar dan mengejar cita-cita. Hal tersebut dibuktikan oleh Munzirurrahman Alatami (23) anak pertama dari pasangan Muslim dan Rohani berprofesi sebagai petani karet warga Desa Pantai Tinjau, Kecamatan Sekerak, Aceh Tamiang.  

Berbekal keinginan kuat, kerja keras dan do’a, impiannya untuk kuliah di Universitas Al-Azhar Mesir terwujud dengan bantuan beasiswa Al-Azhar Kairo,tahun 2018 silam. 

Orang Tua Anak dari lima bersaudara ini berprofesi yang sehari hari bekerja sebagai petani karet dengan penghasilan pas pasan.  

Semasa sekolah, Munzir sapaan akrabnya sering kali mengikuti lomba Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) cabang hifzil Qur’an di Kabupaten hingga ke tingkat provinsi.

Munzir telah menghafal 30 Juz Al-Qur’an dalam kurun waktu dua tahun. Pemuda kelahiran 3 September 1999 ini, pernah menempuh pendidikan di SDN Pantai Tinjau, MTs Al-Ikhlas Tanah Terban, dan Pondok Pestantren Tahfizul Qur’an At-Tayyib. 

Awal mula, Munzir menceritakan, dalam persiapan kurun waktu 6 bulan, ia mulai belajar bahasa arab dari salah satu guru di Aceh Tamiang secara private.

Hingga ia mengikuti tes pada bulan Mei 2018 di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh dan dinyatakan lulus. 

Munzir juga menabung dari uang hasil mengikuti lomba dan mengajar selama di Aceh, hingga dapat memberangkatkannya ke Mesir. 

“Orang tua saya sempat berpesan, nak, bapak dan ibu hanya bisa mendoakan dan mendukung kamu untuk menyemangati, tapi untuk materi bisa dilihat kondisi orang tua seperti apa,” Ujar Munzir. 

Mahasiswa yang sudah menduduki semester akhir (semester 8) ini, selama berkuliah juga tekun menjadi sanad Al-Qur’an Qira’at Asyarah bersama syeikh, menjadi imam shalat, serta pengajar tahfidz secara langsung maupun online. 

Karena beasiswa yang diterimanya hanya membuayai uang kuliah saja, sehingga ia harus memikirkan cara untuk mendanainya hidupnya selama di sana.  

“Karena saya merasa malu bila harus meminta uang bulanan dari orang tua, jadi saya mulai mencari cara untuk mendapatkan uang untuk biaya hidup di sini. Walaupun, ada aturan ketat bagi pelajar dilarang untuk bekerja sampingan, namun alhamdulillah saya dipercayakan menjadi imam dan disediakan kamar oleh pengurus masjid,” sebut Munzir. 

Menurut Munzir, ada juga tunjangan yang didapatkan melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) sebesar Rp 3 juta, dan dari Baitul Mal Aceh Tamiang sebesar Rp 750 ribu perbulannya.  

“Untuk rencana kedepan setelah lulus, saya berniat untuk kembali ke Aceh. Ada keinginan juga untuk lanjut S2 bisa jadi di Mesir bisa jadi di Indonesia.

Karena sejatinya, seseorang yang diamanahi ilmu akan mempunyai kewajiban untuk meneruskan ke masyarakat,” ucap Munzir.